Rabu, 29 April 2015

Aku Benci Puisi!



Aku benci puisi!

Susunan kata yang cengeng... dengan keangkuhannya mengajak manusia terlena dengan keindahaan setiap bait yang ia suguhkan.

Aku benci puisi!

Barisan kata yang licik... dengan kecerdikannya mampu membuat perasaan manusia terombang-ambing karena makna yang ia berikan.


Setidaknya itulah yang aku rasakan, dulu...

Hingga suatu hari, ketika aku menginjak remaja, dimana manusia mulai merasakan getirnya kehidupan. Aku membutuhkan suatu ‘penyegaran’. Paling tidak sesuatu yang mampu memberikan pandangan berbeda dari apa yang aku lihat selama ini. Entah tentang manusia, alam, atau cinta. Ya, cinta. Penyegaran tentang inilah yang sebenarnya aku cari selama ini. Agar aku tidak lagi menyalahkannya, seperti kebanyakan manusia yang menyalahkannya. Menyalahkannya hingga mereka tak sadar bahwa sebenarnya mereka menyalahkan diri mereka sendiri. Menyalahkan takdir mereka sendiri. Aku tak mau seperti itu... 

Disaat itulah puisi hadir disela-sela kebodohan itu. Menghadirkan sudut pandang indah sebagai ciri khasnya. Akupun tak mampu lagi mencari alasan untuk membencinya. Sebaliknya, aku mendapatkan beribu alasan untuk mencintainya. Entah apa yang terjadi dengan otakku ini... 

Puisi pertama itu seakan mengajak jemariku turut menari untuk membuatnya. Pelangi, bintang, bulan, angin, hujan menjadi unsur yang sering muncul dalam tarian itu. Tapi ada satu lagi unsur yang selalu hadir, yaitu cinta. Itulah kenapa aku mulai membuka ruang untuk puisi dalam rumahku ini. Mungkin akan membuka jendela cinta yang selama ini ditutupi oleh keangkuhan hati. Dan puisi ini akan terus berusaha untuk membuka jendela itu pelan – pelan...


Selamat membaca... ;)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar